Respon Bangsa Indonesia terhadap Imperialisme dan Kolonialisme pada Bidang Ekonomi

-Pengertian Bidang Ekonomi 

Bidang Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala tingkah laku dan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia seperti usaha dalam membuat barang atau jasa demi tercapainya kemakmuran dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien. 

-Dampak Pada Bidang Ekonomi 

Dampak imperialisme dan kolonialisme di bidang ekonomi terlihat dalam penetapan beberapa kebijakan perekonomian yang sangat menyengsarakan rakyat pribumi. Beberapa kebijakan dalam bidang ekonomi mengakibatkan pendapatan rakyat pribumi berkurang sehingga banyak rakyat yang kesulitan mendapatkan bahan makanan. Hal ini mengakibatkan bencana kelaparan di berbagai daerah.

Pemerintah kolonial menetapkan beberapa kebijakan dalam hal perekonomian, di antaranya sistem tanam paksa yang mewajibkan petani untuk mengolah tanahnya sesuai kebijakan pemerintah kolonial. Misalnya kewajiban menanam tanaman komoditas ekspor dan menyumbangkan tenaganya secara paksa kepada pemerintah kolonial.

Pada tahun 1870, pemerintah kolonial Belanda juga menerapkan kebijakan politik liberal atau dikenal sebagai politik pintu terbuka. Dengan kebijakan ini, dimulailah era komersialisasi, moneterisasi, dan industrialisasi di Indonesia. Pengaruh kebijakan politik liberal mengakibatkan banyak bermunculan perkebunan swasta dan pabrik-pabrik yang mempercepat pertumbuhan industrialisasi.

Banyak masyarakat pribumi yang harus bekerja di perkebunan dengan upah yang rendah. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan oleh para lelaki tetapi juga wanita pribumi. Mereka biasanya bekerja sebagai buruh di perkebunan seperti memetik teh, mengambil kapas, memetik kopi, dan tanaman lainnya.

Perekonomian masyarakat pribumi pada masa penjajahan mengalami masa-masa suram. Hal ini dikarenakan berbagai jenis eksploitasi dan pemerasan tenaga rakyat guna mencukupi kebutuhan pemerintah kolonial. Para penjajah mulai menerapkan monopoli perdagangan dan berbagai kebijakan yang terpusat pada kepentingan pemerintah kolonial.

Di sisi lain, pembangunan perekonomian juga mempunyai nilai positif dalam perkembangan bangsa Indonesia. Contohnya rakyat lebih mengetahui komoditas barang-barang ekspor yang bernilai tinggi, dibukanya berbagai pertambangan, munculnya industrialisasi dan perkebunan di Indonesia.

Beberapa pengaruh sistem ekonomi pada masa kolonial adalah pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, jembatan, pasar, gedung-gedung, bendungan, dan lain-lain.

-Respon Masyarakat Pada Bidang Ekonomi 

Setelah kedatangan Portugis, beberapa daerah di Nusantara dikuasai oleh VOC yang merupakan kongsi dagang Belanda. VOC memiliki hak-hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda sehingga VOC berusaha menguasai monopoli perdagangan di Nusantara. 

-Adapun hak hak istimewa (hak oktroi) sebagai berikut.

1. Hak monopoli,

2. Hak untuk membuat uang,

3. Hak untuk mendirikan benteng,

4. Hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia, dan

5. Hak untuk membentuk tentara.

Untuk menjalankan kekuasaannya tersebut, VOC melakukan beberapa kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Oleh sebab itu, muncullah perlawanan di berbagai daerah seperti berikut.

1) Perlawanan Kerajaan Ternate dan Tidore

Perlawanan rakyat ditujukan kepada VOC yang dipimpin oleh Laksamana Saidi. Namun, persenjataan VOC lebih kuat dan modern sehingga pasukan Laksamana Saidi terdesak. Pasukan VOC yang dipimpin De Vlamingh berhasil menangkap Laksamana Saidi dan kemudian membunuhnya.

VOC kemudian meluaskan kekuasaannya ke Tidore. Pada tahun 1780, rakyat Tidore yang dipimpin oleh Sultan Nuku mulai melakukan perlawanan terhadap VOC. Perlawanan rakyat Tidore terhadap VOC ini berlangsung sampai tahun 1805 (ketika itu VOC sudah digantikan dengan Pemerintah Hindia Belanda).

2) Perlawanan Kerajaan Banten

Pada mulanya kedatangan VOC disambut dengan baik, namun dalam perkembangannya, VOC melakukan praktik monopoli yang sangat merugikan Banten. Selain itu, VOC juga merebut pelabuhan Jayakarta pada tahun 1619. Saat menguasai Banten, VOC menerapkan politik adu domba antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji.

Rakyat Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) melakukan perlawanan gerilya terhadap benteng pertahanan VOC di Banten dan Jayakarta. Dalam suatu pertempuran, Sultan Ageng berhasil ditangkap oleh VOC yang dipimpin oleh Kapten Tack dengan bantuan Sultan Haji. Sultan Ageng pun dipenjarakan di Batavia, sedangkan Sultan Haji diangkat oleh VOC sebagai penguasa Banten.

3) Perlawanan Kerajaan Mataram

Kegiatan monopoli yang dilakukan VOC khususnya di wilayah kekuasaan Mataram sangat merugikan perekonomian Kerajaan Mataram. Selain itu, VOC dianggap telah membawa pengaruh buruk terhadap budaya Jawa dan Islam. Oleh karena itu, Sultan Agung berencana menyerang posisi VOC. Beberapa kali serangan Mataram ke Batavia mengalami kegagalan karena jarak yang terlalu jauh, selain itu VOC menggunakan segala cara untuk menumpas pasukan Mataram.

4) Perlawanan Kaum Paderi (1821-1837) 

Perang melawan kolonialisme di daerah Minangkabau bermula dari adanya pertentangan antara dua kelompok yaitu Kaum Adat dan Kaum Paderi. Kaum Paderi melakukan gerakan yang bertujuan untuk memperbaiki masyarakat Minangkabau dan mengembalikannya kepada kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Gerakan Paderi ini mendapat tentangan dari Kaum Adat. Pertentangan kedua golongan ini berubah setelah adanya campur tangan pihak Belanda yang kemudian membantu Kaum Adat. Akibatnya, Kaum Paderi mengangkat senjata untuk melawan Belanda yang hendak menanamkan kekuasaannya di Minangkabau.

Pada akhirnya Belanda mengerahkan segenap kekuatannya untuk menggempur pasukan Kaum Paderi sehingga banyak menimbulkan korban jiwa. Pada tahun 1837, Belanda berhasil menguasai daerah Bonjol. Sedangkan pemimpin Kaum Paderi yaitu, Imam Bonjol berhasil ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.

-Sumber

Buku Cetak: Halaman 158-164 

Internet: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi

Nama Kelompok 2:

1. Yuli Aini (ketua)

2. Assyifa Al Mujizah

3. Indri Rafika Ghamar

4. Arsya Dwi Fadila

5. Ahmad Fathoni Sahol Dandi

6. El Yosua Pilipi Hutajulu





Komentar